kita

Wajahmu masih yang kemarin, memejam dengan gairah yg surut ditepis letih.
Tanganmu berusaha menggapai celah yang mungkin terlupakan untuk ditutup diantara takdir.
Ada aku di sisi yang berlainan denganmu. Ada kita yang berusaha mengiyakan ketidakbisaan.
Dalam lelapmu semua emosi menjadi bagianku untuk menangisi.
Kamu yang selalu memilih tidur terlebih dulu, membenamkan kepala yg penuh rindu di dadaku.
Aku harus mengantuk agar tak ada air mata yang mendahului matahari. Agar tak ada absurd yang dipaksa menenangkan karena aku terlanjur sesak napas.
Sayang,
Aku tahu diantara setiap rayuan selalu ada ketakutan untuk menunggu besok.
Menunggu takdir.

Comments

Popular Posts